Menjadi pencinta sejati, cinta tanpa mengenal kondisi (unconditional love) sudah amat langka di dalam masyarakat. Orang tua terhadap anaknya dan anak terhadap orang tuanya saja sudah sering terjadi peristiwa memprihatinkan. Ada yang saling membunuh atau bertindak kejam satu sama lain hanya karena persoalan sepele.
Apalagi dengan hubungan persahabatan biasa. Tingginya angka perceraian setiap tahun juga menjadi indicator akan hal ini. Terkadang persoalan yang sangat sepele membuat hubungan keakraban satu sama lain berakhir, bahkan ada yang berakhir dengan tragis. Padahal, di dalam Al-Qur’an dan hadis bertebaran kata-kata cinta.
Tidak kurang dari 14 terminologi cinta, di dalam Al-Qur’an, antara lain al-hubb, al-‘isyq, al-syagaf, al-widd, al-ta’alluq, dan lain-lain. Istilah-istilah itu menggambarkan berbagai bentuk dan kualitas cinta; mulai dari cinta moyet sampai cinta Ilahi (mahabbah). Semakin tinggi derajat cinta semakin terbatas persyaratan cinta itu, sehingga cinta itu tidak lagi mengenal dan tergantung pada kondisi tertentu.
Mungkin karena itu cinta ini disebut dengan unconditional love atau biasa disebut divine love ialah puncak kecintaan seseorang kepada Tuhan. Begitu kuat cinta itu maka seolah yang mencinta dan yang dicintai menjadi satu. Yang mencinta dan yang dicintai terjadi persamaan secara kualitatif sehingga antara keduanya terjalin keakraban secara aktif.
Sebetulnya semua orang berpotensi mencapai kualitas cinta sejati ini, karena memang semua berasal dari-Nya dan pada akhirnya akan kembali kepada-Nya (Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un). Kedua entitas itu berbeda namun sulit untuk dipisahkan, seperti laut dan gelombangnya, lampu dan cahayanya, api dan panasnya. Kita tidak bisa mengatakan laut sama dengan gelombang, lampu sama dengan cahaya, atau api sama dengan panas, antara yang mencinta dan yang dicintai sama, atau antara makhluk sama dengan Khaliq. Namun hubungan antara satu sama lain tidak bisa dipisahkan.
Kedalaman cinta pada diri seseorang bisa mengimbas pada seluruh ruang. Jika cinta sudah terpatri dalam seluruh jaringan badan kita maka vibrasinya akan menghapus semua kebencian. Sebagai manifestasinya dalam kehidupan, begitu bertemu dengan seseorang, ia tersenyumm, sebagai ungkapan dan tanda rasa cinta. Nikmat sekali bermesraan dengan Allah SWT.
Kadang tidak terasa air mata meleleh. Air mata kerinduan dan air mata tobat inilah yang kelak akan memadamkan api neraka. Air mata cinta akan memutihkan noda-noda hitam dan menjadikannya suci. Cinta tidak bisa diterangkan, hanya bisa dirasakan. Terkadang terasa tidak cukup kosakata yang tersedia untuk menggambarkan bagaimana nikmatnya cinta. Kosakata yang tersedia didominasi oleh kebutuhan fisik sehingga untuk mencari kata yang bisa memfasilitasi keinginan rohani tidak cukup.
Jiwa yang terlatih penjadi pencinta sejati akan mengantarkan kepada kebahagiaan abadi. Baginya seperti tidak ada lagi ruang untuk mebenci. Rabi’ah Adawiyah ditanya, apakah engkau membenci iblis? Dijawab cinta telah memenuhi diri saya sehingga tidak ada lagi ruang untuk membenci siapapun. Beruntunglah orang yang memiliki kualitas cinta sejati.
Sumber https://news.detik.com/berita/d-6268107/unconditional-love.